Social Icons

Minggu, 08 November 2015

GERAKAN BERBASIS KAJIAN



GERAKAN BERBASIS KAJIAN
Suasana pemaparan materi dari school of kastrad pada tanggal 06/11/2015


Assalamu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

Jumat, 06/11/2015, HI guys jumpa lagi di postingan BPH Himika..well sesuai dengan janji admin di postingan sebelumnya..kita masih dengan topik pembicraan yang sama yaitu school of Kastrad.. okay , kali ini kita berlanjut dengan judul gerakan berbasis kajian.

Mm, kalau postingan sebelumnya membahas tentang analisis dan manajemen konflik  yang lebih banyak membahas konflik, nah, sekarang kita akan cenderung fokus kepada demonstasi..

gimana ,are you ready? Okay let’s go…

                Konflik adalah bagian dari suatu masalah dimana pihak terkena konflik apalagi kaitannya dengan organisasi atau  “Mahasiswa”..

hmm, kenapa mesti mahasiswa ya? Lalu kenapa mahasiswa yang selalu dilibatkan dalam mengatasi masalah yang ada?

Berikut ini admin muat pendapat adik kita Restu (2015) here we go…ya..kurang lebih seperti ini..

                “Menurut saya, karena mahasiswa itu memiliki struktur pembelajaran yang lebih tinggi dibandingan dengan siswa SD, SMP, dan SMA yang masih dalam status siswa. Sementara mahasiswa memiliki status yang lebih tinggi yaitu Maha..yang berarti tinggi” jelas Restu (2015)

Well, it’s a good statement..prok..prok..buat adik  kita Restu (2015), okay, biar lebih jelas kita simak penjelasan lanjut dari kak Iqbal yuk..

“Mahasiswa sering dilibatkan dalam beberapa masalah karena mahasiswa memiliki potensi yang berbeda dengan laiinya. Mereka memiliki kapasitasi intelektual  yang jauh lebih tinggi dibandingan dengan siswa SD, SMP, dan SMA. Mereka memiliki kesempatan yang lebih besar dalam mengemukakan sapirasinya di khalayaka umum. Tidak terikat dan bebas beraspirasi. Why? Karena memiliki semangat kepemudaan yang lebih tinggi serta peluang yang besar. Dalam mengatasi masalah/konflik yang timbul, individu tidak bisa diselesaikan sendiri. Setidaknya individu tersebut harus berkumpul/berhimpun dengan orang lain untuk menyatukan pendapat dan mengambil keputusan bersama” jelas kak Iqbal.

Gerakan berbasis kajian tidak akan pernah lepas dengan kegiatan advokasi. Advokasi  bisanya dikenal dengan istilah pembelaan atau perbuatan.

Lalu, bagaimana cara menyusun advokasi?

                Pola advokasi dapat dimulai dengan;

-          Memilih isu, menyesuaikan dengan identitas pengetahuan,

-          Menyesuaikan dengan konteks momentum,

-          Mencari bentuk ideal,

-          Menetapkan masalah dan mencari akar permasalahan,

-           Memuatnya dalam bentuk tulisan berisi masalah apa yang akan diadvokasi atau menuliskannya dalam peryataan sikap,

-           Hegemoni wacana ( perluasan wacana), mempublikasikannya

-           Hearing pada stakeholder (bekerjasama dengan organisasi lain/ pembuat kebijakan), demosntrasi, dan

-          Evaluasi pergerakan..

Wets..bicara tentang demonstrasi agak ngeri juga, ya..guys..soalnya kebanyakan orang sering mengidentifikasikan istilah demonstarasi dengan sesuatu yang anarkis dan merugikan. Ya..agak susah jika harus menghilangkan paradigma yang demikian..namun, sebenarnya bukan itu yang akan admin bahas.. disni..oke..sebelum kita lanjut yuk..kita dengar pendapat dari adik-adik kita tentang apa itu demostarasi?


Ungkapan adik kita Gani (2015) tentan demonstrasi
“Demonstrasi adalah sesuatu yang dapat berdampak positif dan negatif.  Berdampak positif karena dengan kegiatan demonstrasi seseorang atau sekelompok orang dapat menyampaikan aspirasi mereka, sedangkan negatifnya adalah terkadang kegiatan demonstrasi yang dilakukan tidak  diindahkan oleh pihak yang lebih tinggi. Akibatnya, jika demonstarasi pertama tidak berhasil, maka demonstrasi kedua cenderung akan terjadi. Jika kembali tidak berhasil, sekelompok aliansi yang bergabung tersebut akan melakukan demonatrasi yang ke-3.  Jika tidak berhasil lagi maka jalan terakhir adalah melakukan tindakan anarkis dan merugikan seperti bakar ban, menutup jalan, dan sebagainya. Intinya adalah, sebelum melakukan demonstrasi kita jangan langsung mau menerima untuk turun langsung ke lapangan. Setidaknya, kita harus tahu isu apa yang ingin kita demosntrasikan, layakkah untuk didemonstrasikan, dan seberapa besar pengaruhnya bagi orang lain dan diri kita sendiri khususnya”  Jelas Gani (2015)

“Demonstrasi adalah sama dengan kericuhan. Namun tidak semua demonstrasi itu menimbulkan kericuhan” Jelas Nurhaidah (2015).

Nurhaidah (2015) sedang mengungkapkan pendapatnya
Yups..betul banget tuh..apa yang telah dijelaskan oleh adik-adik kita..prok..prok..dulu ya..hehehe..

Meskipun mereka belum melakukan demonstrasi secara nyata tapi, admin cukup salut kepada aDik-adik kita yang telah memilki wawasan yang cukup bagus tentang demonstrasi.

Well, materi terkait gerakan berbasis kajian kali ini kita bhas cukup sampai disini yang teman-teman pembaca..oh iya pada postingan sebelumnya admin sempat membahas kalau mengalah terkadang dilakukan oleh beberapa pihak dalam menyelesaikan masalah jika satu pihak yang terlibat dalam konflik tersebut tetap pada pendiriannya. Terkadang pihak yang mengalah melakukan hal tersebut karena faktor kultural (menghargai yang tua), kan?

Lalu adakah faktor lain,  sehingga kita terkadang harus mengalah dalam konflik yang terjadi tersebut?

Yups, tentu saja ada..terkadang sesorang/pihak yang lain karena hasil kajian yang dimiliki tidak terlalu kuat sehingga mudah untuk terbantahkan.

Pembahasan materi terkait gerakan berbasis kajian ini disambut baik oleh peserta yang ikut dalam kegiatan school of kastrad pada hari jumat minggu lalu. Oh iya mari kita simak bersama..pertanyaan dari ketua BPH Himika FK UH 2015 yang turut hadir dalam kegiatan ini..check it out…

Ketua BPH Himika FK UH 2015 Filda Awliya Al Gazali sedang bertanya kepada pemateri

“Dalam menyampaikan aspirasi kita sering mendengar istilah monologis dan dialogis dan sebelumnya kakak menjelaskan bahwa dalam menyampaikan aspirasi hasilnya cenderung monologis yaitu cenderung mengambil keputusan satu arah dibandingan dua arah. Mengapa hal itu terjadi, kak?

Ya, memang benar bahwa terkadang hasil yang kita dapatkan cenderung monologis dibandingan dialogis. Hal ini terjadi karena kita sendiri yang belum kuat dari segi internal sehingga mudah untuk terbantahkan. Kurangnya wawasan dan pengalaman sehingga tekadang apa yang kita aspirasikan dianggap negatif atau tidak terlalu penting oleh pihalk yang lebih tinggi.

Lalu apa yang harus kita lakukan jika itu terjadi?

Yang perlu teman-teman lakukan adalah perluas jejaring. Misalnya dengan Dosen, atau senior anda yang dianggap mempunyai pengaruhi besar dalam mendukung perubahan yang anda inginkan dan jalan terakhir adalah aksi massa..yak..kembali lagi deh ke demonstrasi..yup, teman-teman ini adalah jalan terakhir jika  metode-metode yang anda lakukan tidak membuahkan hasil. Aksi massa (merangkul beberapa mahasiswa atau sekolompok orang untuk menyampaikan aspirasi bersama-sama).

“Jika anda telah melakukan berbagai macam cara dalam menyampaikan aspirasi anda, namun tetap tidak diindahkan anda boleh melakukan aksi massa dengan memperkuat kekuatan internal anda terlebih dahulu. Namun, tentu saja dengan aksi yang sehat dan tidak mengarah kepada kericuhan publik” jelas kak Iqbal.

Okay, sekian ya..pembahasan materi kita hari ini..semoga dapat bermanfaat..terima kasih telah membaca halaman blog kami.. mohon maaf jika selama pembahasan sebelumnya dan yang lalu dianggap kurang memuaskan..silahkan tambahkan komentar anda..demi perbaikan postingan kedepannya. Saran, kritikan, atau lainnya dapat anda tambahkan pada kotak komentar yang kami sediakan. Sampai jumpa di postingan berikutnya…

Terima kasih..Himika Jaya selalu..

Assalamu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh..

#by_divisi_kastrad

#publish_by_divisi_jurnalistik

#salam_BPH_Himika_Jaya_Selalu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates Share